Minggu, 28 Desember 2008

Ketika Tahun Ini Harus Berganti

Aku menghitung dalam hari-hari, disetiap kekesalan ini.
kemanakah aku harus mengadukannya?
Aku menghitung setiap detiknya, untuk semua keceriaanku.
kepada siapa aku harus berbagi?

Tidak ada yang akan abadi kecuali Dia.
Semua harus menghitung umurnya,
karena semua harus kembali kepada-NYA.

Aku berjalan didepan fajar tenggelam.
Apakah esok hari aku masih dapat melihatnya?
Aku melangkah meninggalkan bayanganku.
Apa saja yang selama ini telah aku lakukan?

Ketika Tahun ini harus berganti.
Astaghfirullah, aku seharusnya banyak memohon Ampunan atas setiap perbuatan ini.
Ketika Tahun ini memang harus berganti.
Alhamdulillah, aku semestinya banyak bersyukur atas semua kenikmatan yang aku dapati.

Jika umurku Sampai di sini.
"Aku mohon Wahai Tuhanku masukkanlah aku kedalam golongan orang-orang Sholeh."
Ketika tahun esok aku masih berkesempatan.
Alhamdulillah, "Ya Allah, aku mohon berilah kekuatan dan hidayahMu agar semua kesempatan tidak ada yang sia-sia."

28 Desember 2008, 30 Dzulhijah 1429 (menjelang tahun baru 1430 H)

Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1430 H. Mohon maaf segala alpa dan kilafku lahir maupun batin, semoga kita bertambah sukses dan sukses selalu, amin.

Jumat, 26 Desember 2008

Engkau Malam Ini

Sehening malam ini yang telah menjadi bisu.
Sepintas cahaya bintang ada di matamu.
"Bulan, aku rindu ucapan manisnya".
Sepandang gelap diantara mata buta.
Sepejam mimpi ada dalam pikirannya.
"Fajar, cepatlah engkau ke hadapanku".
Aku di malam ini masih berharap cintaku ada dipelukku.
Aku di pagi hari masih berharap cintaku membangunkanku.
Tidak akan ku jemu mengingatmu.
Tidak akan ku lelah mencarimu.
Meski malam ini engkau melupakanku,
atau engkau coba buat aku membencimu.
Pada malam ini aku nyatakan hanya engkaulah cintaku.
Mulai malam ini engkau akan ku yakinkan bahwa hanya engkau lah cintaku.

26 Desember 2008

Jumat, 12 Desember 2008

Untuk Si Sombong

Jangan kamu sombong dan congkak.
Sebab umurmu tak panjang.

Jangan kamu merasa tak terkalahkan.
Karena hidupmu hanya sebentar.

Palingan kamu hidup hanya sampai 60, 70 atau 80 tahun.
Jika pun lebih, itu pun kalau kamu tidak menjadi pikun.

Jika kamu cari duniawimu saja, Apakah kamu akan masuk surga?
Sedangkan surga saja kamu tak percaya ada.

Tapi ingat, kamu tak akan hidup hingga 1000 tahun.
Lihat saja dirimu yang kadang sakit atau sudah beruban pada rambutmu.

Jika kamu merasakan, tubuhmu itu hanya gumpalan darah, daging dan tulang.
Kemudian mati dan hanya menjadi makanan ulat-ulat belatung.

Kalaupun kamu tak percaya, lihatlah buah yang sudah busuk.
Karena kelak dirimu akan seperti itu.

Ingatlah kamu itu ada yang menciptakan, dan memeliharamu hingga saat ini.
Ingatlah Dia Tuhanmu, dan berbuat baiklah pada sesamamu agar doa-doa dapat selalu tercurah padamu.

Desember 2008
Adakah? Karena ku Sangat Berharap

Hingga Kini tak ada yang seindah dirimu.
Awan putih yang menurunkan hujan.
Serta musim Gugur yang telah menjadi Semi.
Dan bagaikan hujan ditengah terik Matahari.
Dirimu yang selalu kulihat tersenyum.
Adakah kamu telah menatapku?
Karena aku malu padamu.
Apakah aku pantas bersanding denganmu?
aku bagaikan tak ada bandingannya denganmu.
Ku merasa terjatuh dan telah kalah di depanmu.
Sebab jelita wajah dan hatimu telah membuatku berharap.
Adakah engkau mau menerima cintaku?
Tulusku akan selalu menyayangimu.
Adakah aku dihatimu?
Karena ku sangat berharap.

12 Desember 2008

Kamis, 04 Desember 2008

Hingga Kini, Apa Salahku?

Hingga kini kamu masih ada di benakku.
Bahkan ada terasa sampai menyentuh tulang sulbiku.
Meski aku coba untuk membuang semua ingatanku.
Dan aku menjadi terlelap.
Namun kamu selalu bagunkan aku lewat mimpi-mimpi indah.

Hingga kini merdu suaramu selalu bersuara dalam tubuhku.
Bahkan jauh sampai didasar relung nuraniku.
Meski aku hapalkan semua suara kehidupan.
Dan aku menjadi bosan.
Namun merdu suaramu yang masih banyak terdengar.

Dapatkah kamu cukup membuatku menderita?
Hingga kini aku tak tahu salahku pada dirimu.
Mengapa aku sangat menyayangimu?

Aku telah coba menyerah dari derita yang kamu beri.
Bahkan sampai aku tak bernapas lagi.
Namun kamu semakin lantang memberiku semangat.
Dan aku menjadi bertahan.
Meski aku tak tahu hingga kini apa salahku.

04 Desember 2008

Rabu, 03 Desember 2008

Akhir Hayat Maling Ayam

Laksana sebuah daun tertetes hujan,
Ia teranggung-angguk.
Dari tangkainya Ia tak bersandar.
Akhirnya patah oleh angin malam.

Sunyi terngiang dari balik teralis bambu,
Oleh suara kentongan meretak pilu.
Beralun-alun menandakan aman.

Mulai lama tetesnya mulai melambat
yang sudah sibakkan daun-daun kering jatuh ke darat.

kentongan merajalela dimana-mana,
suaranya telah koyakkan malam.
Dari balik pakaian kelam.

Para manusia sombong beradu lari.
Seribu api sudah menyebar,
Bak pasar malam sudah mulai berjalan.
Manusia bergerombol dibelakang hutan.
Bermaksud menangkap si maling ayam.

Dan tertangkaplah Ia.
Tapi tubuh-tubuh yang sok tahu,
saling berderet membantai.
Dan keluarlah darah tercecer di rumput.

Napasnya terhenti dalam takdir sedih,
mati di tengah kerumunan malam.
Saat darah merah menghitam.
Tertumpah oleh manusia pendendam.
Karena hanya Seekor Ayam.

03 Desember 2008