Minggu, 30 November 2008

Doa Untuk Kekasihku

Aku selalu menyayangimu dimanapun kau berada dan aku selalu merindukanmu meski kau ada disampingku tapi aku tak ingin kamu tersakiti karena aku.
Sejak pertemuan pertama dan hingga kini aku selalu jatuh hati padamu, selalu..........
Aku selalu berdoa agar kamu selalu mendapat yang terbaik , meski bukan aku yang terbaik buat kamu. Dan dalam hatiku, aku selalu berharap agar aku adalah yang terbaik buat kamu.
Aku sungguh sangat mencintaimu, dan aku tak berani ungkapkan kepadamu, maaf jika aku tak berani mengatakannya, karena aku tak ingin menyakitimu, karena jarak ini. Aku memohon kepada-NYA:
”Ya Allah, berikanlah yang terbaik bagi aku dan dia yang aku cintai, berikanlah untuk dia seorang suami yang baik, sholeh dan selalu mencintainya seumur hidupnya. Dan apabila akulah yang terbaik bagi dirinya, Ya Allah mudahkanlah jalan agar aku segera menikahinya, jadikanlah dia wanita yang selalu sholehah, yang menurunkan anak-anak yang sholeh, dan sholehah dan jadikanlah kami keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah, wabarokah, dan wasalamah. Ya Allah berikanlah kami kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka. Ya Allah kabulkan doaku ini. Amien.

Rabu, 19 November 2008

Kau Tahu Kasih

Kau tahu kasih? Kau mimpiku.
Sudah berapa banyakkah aku berucap?
Bintang dilangit itu adalah saksinya?
Janganlah kau meragukannya.
Walaupun banyak awan yang menutupinya,
Mimpiku adalah bersamamu.
Walaupun pengorbananku akan bertambah,
Aku tak perdulikan itu.
Karena hawa damai yang kau berikan padaku,
Adalah baju besi yang selalu melindungiku.

Kau tahu kasih? Cintaku tak akan pernah dapat terukur.
Walaupun ribuan mil terjelajahi.
Cintaku sangatlah panjang.
Sepanjang hatiku menyayangimu.
Wajahmu yang ayu selalu aku merindukannya.
Walaupun sakit saat kau tak disini,
Namun lembutmu selalu menyembuhkan sakitnya.
Dan Kau tahu kasih? Seumur hidupku hatiku hanyalah milikmu.
November 2008
Langkah

Aku bertanya dalam langkahku.
Berapa banyak lagi langkah yang akan kutempuh?
Aku bertanya disetiap persimpangan,
Manakah yang harus aku lalui?
Kadang aku bertanya dalam hati ,
Sungguh hidup ini adalah pilihan langkah.

Dari lubang-lubang disetiap jalannya,
Dan tanggul-tanggul yang menghalangi jalan,
Jikalau mata terlalai dalam sekejap,
Apakah masih bisa aku berjalan dalam langkahku?
November 2008
Senyum Bidadari

Bidadari tersenyum indah,
Aduhai cantiknya.
Andaikan hati dapat memiliki.
Tapi apakah mampu hati?
Lihatlah diri bukanlah seseorang,
Dapatkah hati memilikinya?
Mungkin mimpi yang tak akan terjadi.
Yang tak akan mungkin terjadi.
Untuk selalu melihat senyumnya.
Senyum yang selalu merekah rapi.
November 2008
Kapan dan Dimanakah?

Aku tak perduli dengan wajah,
Tapi aku peduli apa yang dimiliki dalam hati.
Cintaku tak bisa didermakan.
Betapa pun raguku membawanya.
Tapi cintaku bisa direlakan karena nasib.
Betapapun sakitku mengatakan.

Walau indah kan terasa jauh.
Apakah cintanya mengerti aku?
Kapan dan dimanakah?
Tunjukilah aku dalam bintang itu.
Terangilah dengan pengertian cinta.
Kalaupun cintanya mengerti aku
Kapan dan dimanakah?
Oktober 2008
Terang Purnamaku

Daun-daun kecil-kecil melati putih berguguran.
Jatuh menyentuh tanahku.
Sedang kini tertambat pilu.
Sebuah luka dahulu meraung-raung dalam hayat hatiku.

Betapa pun indah surga terangi purnama,
Membangunkan pikiran jenuhku tentang sosoknya.
Dan ku telah lumpuh dalam harumnya.
Cintaku tak mengenal piluku.

Sungguh sudah senangku tersumbat,
Aku tak lagi mengenal surganya.
Terang purnamaku telah redup tertutup awan pilu.
Oktober 2008
Dari Balik Teralis

Aku berdiri dalam penantian,
Mencari sepi fotomorgana,
Kan kuharap sinar terang menyinari,
Dari balik teralis ini.
Jiwaku mulai rasakan kebengisan,
Dan mataku memandang kecewa kebebasan,
Aku gundah, kuingin berontak dibawah sadar.
Dari balik teralis, kucoba berteriak!
Dan aku coba menyapa disekelilingku!
Kukatakan jiwaku telah perih!
Perih melihat angan kebebasan!
Dimanakah?
Teralis ini telah menemaniku,
Teralis ini telah mengekangku,
Kalau datang saat penantian,
Janjiku,
Aku akan robohkan teralis ini dengan tangan,
Tak peduli bahwa tanganku tak dapat mematahkan besi.
Mengertikah!
Oktober 2008
Tertepi Dari Sukmanya

Merebah sukma menatap bintang.
Terluluh besi pelindung raga.
Hatiku pun kini mengerti.
Tubuh wangi anyir terhisap darahnya.
Dalam tanah pijakannya.
Nanah beku bersatu pedih,
Menutup luka sayatan,
Hatiku yang terbuai paras.
Waktu mengurainya,
Satu demi satu syarafnya mati,
Raganya menangis dalam tawa,
Tertepi dari sukmanya,
Yang telah menjerit bisu dan tercabik.
Oktober 2008