Rabu, 19 November 2008

Tertepi Dari Sukmanya

Merebah sukma menatap bintang.
Terluluh besi pelindung raga.
Hatiku pun kini mengerti.
Tubuh wangi anyir terhisap darahnya.
Dalam tanah pijakannya.
Nanah beku bersatu pedih,
Menutup luka sayatan,
Hatiku yang terbuai paras.
Waktu mengurainya,
Satu demi satu syarafnya mati,
Raganya menangis dalam tawa,
Tertepi dari sukmanya,
Yang telah menjerit bisu dan tercabik.
Oktober 2008

Tidak ada komentar: