Rabu, 03 Desember 2008

Akhir Hayat Maling Ayam

Laksana sebuah daun tertetes hujan,
Ia teranggung-angguk.
Dari tangkainya Ia tak bersandar.
Akhirnya patah oleh angin malam.

Sunyi terngiang dari balik teralis bambu,
Oleh suara kentongan meretak pilu.
Beralun-alun menandakan aman.

Mulai lama tetesnya mulai melambat
yang sudah sibakkan daun-daun kering jatuh ke darat.

kentongan merajalela dimana-mana,
suaranya telah koyakkan malam.
Dari balik pakaian kelam.

Para manusia sombong beradu lari.
Seribu api sudah menyebar,
Bak pasar malam sudah mulai berjalan.
Manusia bergerombol dibelakang hutan.
Bermaksud menangkap si maling ayam.

Dan tertangkaplah Ia.
Tapi tubuh-tubuh yang sok tahu,
saling berderet membantai.
Dan keluarlah darah tercecer di rumput.

Napasnya terhenti dalam takdir sedih,
mati di tengah kerumunan malam.
Saat darah merah menghitam.
Tertumpah oleh manusia pendendam.
Karena hanya Seekor Ayam.

03 Desember 2008

Tidak ada komentar: